Sabtu, 28 Maret 2009

Tempat Wisata Di Sidrap


Pantai Kering :)

Pantai Kering :)



Mari kita menyumbangkan sedikit pulsa kita untuk masyarakat Palestina dengan mengirim sms caranya : ketik MERC[spasi]PEDULI kirim ke 7505 tarif Rp 6600/sms, Rp. 5000 akan disumbangkan ke masyarakat Palestina (www.mer-c.org) Mohon do'a dlm setiap sujud di malam-malam anda, do'a di setiap shalat, do'a di tiap-tiap waktu terbaik untuk berdo'a ataupun do'a dimanapun anda berada. Berdo'alah mohon pada Allah agar memberikan ketabahan, kesabaran dan semangat untuk terus berjuang bagi saudara-saudara kita di belahan bumi manapun yg sedang teraniaya. khususnya saudara-saudara kita di Gaza Palestina. selamat tahun baru hijriyah 1430 H dan selamat tahun baru 2009 M

Makanan Khas

Engkamanenni anre-anre'na tau sidenreng'e, mappamulai beppa lettu anre-anre'ang, engka roko-roko onti, sanggara balanda, sikaporo, onde-onde, makamopi ega rupa-rupanna anre-anre sibawa beppa-beppa iye tori nanre tau sidenreng'e









MAPPADENDANG

Penulis : Zainal
Narekko purani mengngala tauwe mabiasani ripapole acara Mappadendang Riollini tau maccae mappadendang nainappa ripaddepungeng siajing-siajing mareppeta, sumpulolota makkutaparo paimeng sininna pabbanuae engkae ri lalenna kampongnge lao makkita-ita.

Ripassadia manenni sininna pakkakkasak maeloE ripake mappadendang. Pada padanna palungeng, alu nennia appe maeloE naonroi sere. Naia alunna ribello-beloini barakkuangmmengngi namakessing irita. Onrong maeloE napake mappadendang ripakkennai collik kanau. Naia palungengnna rigattungngi sarekkuammengngi makessing riengkalinga.

Tau mappadendangngero biasana engka eppa makkunrai mabbajubodo maneng. Ianaro mannampuk ri palungeng madeceng siselle-selle alunna, ritellani mappadendang. Iatosi buranewe mappasapu sibawa pakeang mabolong, sulara gangka uttu nainappa mabekkeng lipak mabolong siellek macellak. Ianaro mabbenra ricappakna palungengnge. Engkato sere mappencak silak sisoppo-soppo nainappa maggenrang. Biasato tudang majjogek mattulili.

Temmaka kessinna riengkalinga uni palungengnna nennia kessingna irita kedo-kedona pasere. Pada makkapulunni tauwe makkita-ita nasibawa maneng pakkitanna laoritau engkae mappadendang. Sukku ininnawani tau papolenngi acara appadendangengnge.

Risesena pallaonrumae mappunaiwi akkatta mattentu naripapole appadendangengnge, ianaritu melo pannesai tanrang asukkurukengna lao ripuang seuwae, porennui engka wasselek ase maega pole rigalungnge

Biasa to appadendangengnge ripapolei narekko engka tau maelo ripa botting. Riwettu mappanampuknanaro mebbu berrek maelo napake mappabotting, biasa mappadendangtoi sipakrio rio mannampik ase.

Naia asena tau rioloe riengngala nainappa riwesse. Narekko maelok riebbu berre rinampupa ripalungengnge. Dek napada makkukue, ase risangkimani nainappa risampak yaregga ridaros. Narekko maeloi ripancaji berrek, ripaberrek mani bawang. Ianaro saba'na namakuranna tau mappadendang makkukuangnge.

Editied By. enal_funky@yahoo.com


Sumber : Bahasa Daerah Bugis Mulok SMP

Riyawat Suku Bugis

Penulis : ???


Suku Bugis adalah suku terbesar ketiga di Indonesia setelah suku Jawa dan Sunda. Berasal dari Sulawesi Selatan dan menyebar pula di propinsi-propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Irian Jaya Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau dan Riau Kepulauan, dan bahkan sampai ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

Sejarah

Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata 'Bugis' berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Tiongkok (bukan negara Tiongkok, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Perkembangan

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan sawitto (Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk etnik Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

Mata Pencaharian

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

Hubungan Aspek Sejarah

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad 16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Komunitas Bugis hampir selalu dapat ditemui didaerah pesisir di nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Filipina, Brunei dan Thailand. Budaya perantau yang dimiliki orang Bugis didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

Kepiawaian suku Bugis-Makasar dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb atau setingkat Kecamatan, yang bernama Maccassar, sebagai tanda tangan penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka.

Sumber : Teluk Bone
Riyawat Suku Bugis

Penulis : ???


Suku Bugis adalah suku terbesar ketiga di Indonesia setelah suku Jawa dan Sunda. Berasal dari Sulawesi Selatan dan menyebar pula di propinsi-propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Irian Jaya Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau dan Riau Kepulauan, dan bahkan sampai ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

Sejarah

Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata 'Bugis' berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Tiongkok (bukan negara Tiongkok, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Perkembangan

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan sawitto (Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk etnik Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

Mata Pencaharian

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

Hubungan Aspek Sejarah

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad 16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Komunitas Bugis hampir selalu dapat ditemui didaerah pesisir di nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Filipina, Brunei dan Thailand. Budaya perantau yang dimiliki orang Bugis didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

Kepiawaian suku Bugis-Makasar dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb atau setingkat Kecamatan, yang bernama Maccassar, sebagai tanda tangan penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka.

Sumber : Teluk Bone

Kehutanan
Senin, 06 Oktober 2008 08:00

Sektor kehutanan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu : hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan lahan kritis, dan hutan suaka alam. Lebih jelasnya gambaran kehutanan Kabupaten Sidenreng Rappang dapat dilihat pada tabel berikut :

NO.

JENIS HUTAN

LUAS(Ha)

PROSENTASE(%)

1.

Hutan Produksi Terbatas

28.778,20

41,83

2.

Hutan Lindung

39.523,60

57,43

3.

Hutan Suaka Alam

500,00

0,72

Jumlah

68.850,80

100

(Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Sidrap, 2004 – 2005)


Banyaknya Produksi hasil hutan Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut :

NO.

JENIS HASIL HUTAN

PRODUKSIHASIL HUTAN(Kg)

KET.

1.

Rotan Campuran

-


2.

Rotan Tohiti

3,5


3.

Rotan Lambang/Batang

844,5


4.

Rotan Pengikat

-


5.

Kayu Rimba Campuran

1.999.138,1


6.

Kayu Jati

586.856


7.

Kayu Indah / Mewah

29.596,7


8.

Kayu Lain – lain

2


9.

Ijuk

-


(Sumber : Dinas Kehutanan, Pertambangan & LH Kab. Sidrap)

Terakhir Diperbaharui ( Senin, 06 Oktober 2008 09:08 )


Sosial Budaya

PENDIDIKAN :

Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk lebih meningkatkan kesempatan masyarakat dalam mengenyam bangku pendidikan.

Peningkatan partisipasi pendidikan untuk memperoleh kesempatan dalam bidang pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan sarana fisik pendidikan dan tanaga pendidik yang memadai. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Sidenreng Rappang cukup memadai, dimana sarana pendidikan yang ada mulai dari tingkat Sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, dan Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Gambaran data jumlah Sekolah, Ruang Belajar, Kelas, Guru, dan Murid menurut jenis Sekolah Negeri Tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut :

No.

Jenis Sekolah

Sekolah

Ruang Belajar

Kelas

Guru

Murid

1.

TK.

1

5

5

10

150

2.

SD

230

1.518

1.518

1.761

32.240

3.

SMTP

30

272

272

644

9.268

4.

SMTA

7

97

97

251

4.048

Jumlah

268

1.892

1.892

2.666

45.706

Gambaran data jumlah Sekolah, Ruang Belajar, Kelas, Guru, dan Murid menurut jenis Sekolah Swasta Tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut :

No.

Jenis Sekolah

Sekolah

Ruang Belajar

Kelas

Guru

Murid

1.

TK.

99

190

190

285

4.307

2.

SD/MI

12

61

61

81

784

3.

SMTP

7

21

21

92

475

4.

SMTA

5

23

23

85

720

Jumlah

123

295

295

543

6.286

KESEHATAN :

Kesediaan sarana kesehatan berupa Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan dan BKIA / Rumah Bersalin selama Tahun 2006 jumlahnya relatif tidak berubah. Disamping penyediaan sarana kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka usaha penyediaan tenaga kesehatan juga diharapkan dapat ditingkatkan.

Tercatat ada sebanyak 2 (dua) buah Rumah Sakit, 13 Puskesmas, 37 Pustu, 2 (dua) Balai Pengobatan, 2 (dua) BKIA / Rumah Bersalin, dan 1 (satu) Klinik di Kabupaten Sidenreng Rappang.

Dimana tenaga medis yang tersedia terdiri dari 18 orang dokter umum, 10 orang dokter gigi, perawat 97 orang, Bidan 84 orang praktek, dan 82 tenaga kesehatan lainnya.

AGAMA :

Tempat peribadatan umat islam yang berupa masjid, langgar, dan mushallah pada Tahun 2006 masing-masing berjumlah 313 dan 2 buah.